Yogyakarta
13 05 14
Dinginya
malam ini menyusuri tiap ruas jalan. Membuat insan malas untuk keluar, kalaupun
ingin meski hanya untuk urusan mencari makan. Begitu pula kami, meski bukan
untuk makan tapi lebih pada kewajiban ataupun soal kepercayaan.
Jalan yang
sama dengan malam-malam sebelumnya, jalan yang lengang antara peternakan UGM
dan teknik UNY. Pembatas antara dua universitas itu, kedatangan tamu malam
ini.Di trotoar sempit, Duduk bersandar pada besi yang dingin, memandang langit.
seorang lelaki dengan wajah separuh abad.
Tatapnya
beralih pada kami. Sorot matanya menjawab pasti. Aku menunggu malam demi butir
keringat yang menjelma dalam anyaman bambu. Tak perlulah aku berharap nasi
padamu nak, karena aku mencari, bukan berharap akan diberi.
Sungguh,
tak ingin kami menyakiti, tapi sungguh Tuhan Maha Mengasihi. Terimalah ini
meski hanya sekotak nasi. untuk temanmu bertamu, menunggu malam disini hingga
fajar menghantar matahari.
Tapi,
anyaman bambu itu pun tlah memanggil nurani. Marilah sini, titipkan pada kami.
lewat ribuan rupiah mungkin lebih berarti.
Senyumnya
cerah sebab Tuhan tak pernah salah. Matanya berbinar, sebab Tuhan tak pernah
ingkar pada hambanya yang berikhtiar.