Alhamdulillah
tahun ini masih diizinkan untuk bertemu dengan tamu agung syahruramadhan. Tak
terasa ini tahun kedua aku berpuasa di jogja. Rasanya baru kemaren aku sibuk
mengurus pendaftaran s2 yang sudah di batas akhir gelombang ketiga, sibuk
mengejar pihak birokrat unja demi selembar surat rekomendasi beasiswa yang
ternyata, eh tidak dibutuhkan :( , menyelesaikan amanah pekerjaan secepat yang
kubisa dan tak lupa merayu abangku agar bersedia jadi donatur utama
transportasi perjalanan ke kota ini. Syukurnya abang mau meloloskan beberapa
lembar ratusan dari tabungan pernikahannya, muucih abangku yang baek hati :) .
Meskipun hanya cukup untuk membeli tiket pesawat pergi, ini cukup menghemat
waktu perjalananku, sebab sekolah hanya memberikan jatah izin kerja 3 hari
saja. Masalah pulangnya percayakan pada bus Ramayana. Hitung-hitung pengalaman
baru naik bis terjauh sendirian, terkadang terpaksa dan nggak punya itu beda
tipis ya.
Sebenarnya,
banyak yang harus dikorbankan demi s2 ini. Pertama, adIkku yang duduk di kelas
3 SMK harus bersedia menunda kuliahnya tahun depan. Walaupun judulnya beasiswa,
tetap saja mahasiswa harus bayar di awal terlebih dahulu. Ya, pihak UNY yang
menjadi tujuanku tidak bersedia menangguhkan biaya mahasiswa pendaftar BPPDN.
Nah, nggak kebayangkan kalau aku dan adik masuk kuliah ditahun yang sama,
sementara kami bukanlah dari keluarga yang punya banyak harta. Syukurnya lagi,
adikku mau mengalah… muucih adikku yang cantik…Kedua, aku harus bersiap
kehilangan pekerjaan yang sudah kujalani setahun ini. Kalaupun seandainya aku
tidak lulus dan ingin kembali mengajar, maka harus memulai lagi dari awal. Yah
begitulah ketetapan dari Sekolah IT, dan aku menghargai itu. Memikirkan
kemungkinan terburuk tidak lulus itu, membuat dudukku tak nyaman. Dan yang
ketiga kasihan abangku yang sudah rela menyumbangkan tabungannya hingga aku
bisa duduk dalam burung besi ini.
“Para
penumpang yang terhormat, sesaat lagi kita akan mendarat di Bandar Udara
internasional Jogjakarta Adi Sucipto, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta
dan Jogjakarta. Kami persilahkan kepada anda untuk kembali ke tempat duduk anda
masing-masing, menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil
yang masih terbuka di hadapan anda, dan…”
Suara mbak
pramugari yang merdu memutus lamunanku. Aku menatap ke luar jendela, di bawah
sana jogja sudah menjelma dalam titik-titik kecil. Pesawat semakin merendah dan
sekilas aku menangkap tulisan UNY dari atap sebuah bangunan. Nah, sepertinya
itu adalah calon kampus keduaku kelak. Aku kembali menggumamkan doa dalam hati.
Allah, jika memang ada rizkiku untuk menuntut ilmu lagi, izinkanlah aku mencari
ilmu itu di kota ini, maka luluskanlah aku S2 di UNY beserta beasiswanya.
Sungguh Engkau maha pengasih, maha mengetahui apa yang terbaik untuk hambamu
ini. Aku mengaminkan doa sembari menutup jendela. Jujur, doa ini adalah doa
favoritku beberapa bulan belakangan ini, bahkan mengalahkan posisi doa jodoh
dari urutan kedua menjadi ketiga :) . Posisi pertama tetap doa mohon ampun dan
orang tua tentunya.
Turun dari
lion air, aku bergegas menghidupkan hp, mengirim pesan pada Nisa yang akan
menjemputku.
” Dek, kk
sdh smpai ni, kk pkai gmis kotak2 htam jlbab mrah, kk tgu y” tak lupa emoticon
senyum :) ku selipkan juga.
Sms
terkirim, Kini tinggal menunggu jawaban dan jemputan. Berdasarkan
rekomendasi si Wirna teman seamanah di FPRJ (Forum Pemuda Remaja Jambi) aku
ditawarkan untuk menginap di kosannya dulu waktu dia kuliah di UGM. Nah, si
Nisa ini adalah adIk kosnya yang didaulat untuk menjemputku. Lima belas menit
berlalu, hpku tidak menunjukkan tanda adanya pesan masuk. Aku mulai jenuh,
ditambah lagi mas-mas taksi yang tak habis-habisnya menawari jasanya. Baiklah
aku telpon saja, tuut tuut tanda panggilan masuk terdengar, dan diakhiri bunyi
tuut panjang. Ah, mungkin Nisa lagi di jalan, aku berhusnuzhon untuk
menenangkan hati. Dan benar saja, hpku bergetar, satu pesan diterima.
"kk
dimna, ak sdh d bndra pntu msuk, ak pkai bju ijo jlbab itm"
“kk d pntu
kdtngan ats yg dkt transjogja” plus emoticon senyum lagi :)
Beberapa
menit kemudian, akhirnya Nisa muncul juga. Aku tersenyum lega.
“Afwan k,
lama y?”
“Enggak kok
dek, nggak papa.” Kali ini dengan senyuman asli :)
Kami segera
meluncur, membelah jalan raya yang ramai. Kota pelajar ini tiap tahun selalu
kedatangan mahasiswa-mahasiswa baru, tapi tidak setiap tahun
mahasiswa-mahasiswa lama bisa meninggalkan jogja. Mungkin ini salah satu
penyebab lalu lintas jogja semakin macet.
Lebih kurang
20 menit, Nisa mengarahkan motornya ke sebuah gapura yang diatasnya tertulis
Selamat Datang di Kampung Klebengan. Eh, jauh-jauh dari jambi, ternyata
tinggalnya di kampung juga, batinku. Sebenarnya Klebengan sudah tak terlalu
asing di telingaku, karena si chandra sepupuku yang S1 di UGM dulu kosnya juga
disini. Cuma yang baru kutahu itu,ternyata ada embel-embel kampungnya :) . Tapi
ini kampung yang berbeda, setahun ini, tak menyesal aku mengiyakan
rekomendasinya Wirna.
bersambung…
Ramadhan
1435 H
#Late post