Barang wajib apakah yang biasa dibawa mahasiswa yang akan
Kukerta?
Pakaian, peralatan posko, itu sudah pasti!
Lebih spesifiknya, mari kita tanyakan pada mahasiswi. Barang
apakah yang tidak mereka lupakan, yang ada di tas mereka? Yang biasanya mereka
pakai dan mereka sediakan ketika Dosen Pengawas Lapangan berkunjung ke posko
mereka?
Maka jawabannya adalah:”Sarung dan kopi CNI”
Yaaa, dua benda ini insyaAllah tidak akan ketinggalan mereka
bawa. Begitu pula dengan posko kami. Dari jauh-jauh hari, kami para perempuan
sudah menyiapkan sarung masing-masing. Aku juga mengingatkan Uni Vika untuk
beli kopi CNI sebagai persediaan di Posko nanti. Konon kabarnya, Jika Pak Abu
(Jujur, dulu aku takut sekali dengan Dosen yang satu ini, tapi setelah mengenal
lebih dekat waktu kukerta, eh ternyata Bapak tu baik kali, care lagi, dan
ternyata anaknya sekolah di Nurul Ilmi pula. ) datang ke posko-posko, maka
mahasiswinya harus pakai sarung, dan Pak Abu biasanya minum kopi CNI. hal ini
sepertinya sudah menjadi berita umum bagi mahasiswa yang kukerta. Dalam hatiku
penuh tanya, sebenarnya ada apa dengan sarung dan kopi CNI ini. Pernah aku
bertanya pada kakak tingkat, jawabannya bermacam-macam: ada yang bilang Bapak
senang lihat mahasiswi yang pake sarung, pakai sarung itu mendekati gaya
penduduk desa jadi biar terlihat berbaur gitu, terus, ya bawa aja deh, pokoknya
jangan nyampe dak bawa, jangan nyampe dak ado kopi CNI, pokoknya jangan nyampe
deh dek, buat Pak Abu marah, bisa berabe urusannya.
Dan urusan marah-marah ini ternyata menerpa posko kami di
minggu pertama, saat Pak Abu melakukan sidak. Apa pasal?
Beberapa hari di posko (lupa tepatnya hari keberapa) kami
memutuskan untuk mulai survey ke instasnsi dan beberapa lokasi sesuai dengan
saran Bu Lurah tempo hari. Survei hari itu pun dimulai, Alhamdulillah tidak ada
banyak kendala, kecuali kendaraan (alhasil kami pun boti, bonceng tiga,
untungnya ane diblakang, yang kasian tu uni vika terpaksa di tengah, hehe maaf
ya unnni). Ketika hari beranjak siang, tiba-tiba Pak Ketua dikejutkan dengan
telpon dari Korwil Bajubang. Isi telpon di siang bolong itu mengabarkan bahwa
Pak Abu baru saja tiba di posko mereka dalam keadaan marah-marah karena tidak
berhasil menemukan posko kami, tepatnya karena kami tidak memberitahukan dimana
letak posko 16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar