Senin, 21 Januari 2013

Episode 5 "Sarung dan Secangkir Kopi CNI"

Barang wajib apakah yang biasa dibawa mahasiswa yang akan Kukerta?
Pakaian, peralatan posko, itu sudah pasti!
Lebih spesifiknya, mari kita tanyakan pada mahasiswi. Barang apakah yang tidak mereka lupakan, yang ada di tas mereka? Yang biasanya mereka pakai dan mereka sediakan ketika Dosen Pengawas Lapangan berkunjung ke posko mereka?
Maka jawabannya adalah:”Sarung dan kopi CNI”
Yaaa, dua benda ini insyaAllah tidak akan ketinggalan mereka bawa. Begitu pula dengan posko kami. Dari jauh-jauh hari, kami para perempuan sudah menyiapkan sarung masing-masing. Aku juga mengingatkan Uni Vika untuk beli kopi CNI sebagai persediaan di Posko nanti. Konon kabarnya, Jika Pak Abu (Jujur, dulu aku takut sekali dengan Dosen yang satu ini, tapi setelah mengenal lebih dekat waktu kukerta, eh ternyata Bapak tu baik kali, care lagi, dan ternyata anaknya sekolah di Nurul Ilmi pula. ) datang ke posko-posko, maka mahasiswinya harus pakai sarung, dan Pak Abu biasanya minum kopi CNI. hal ini sepertinya sudah menjadi berita umum bagi mahasiswa yang kukerta. Dalam hatiku penuh tanya, sebenarnya ada apa dengan sarung dan kopi CNI ini. Pernah aku bertanya pada kakak tingkat, jawabannya bermacam-macam: ada yang bilang Bapak senang lihat mahasiswi yang pake sarung, pakai sarung itu mendekati gaya penduduk desa jadi biar terlihat berbaur gitu, terus, ya bawa aja deh, pokoknya jangan nyampe dak bawa, jangan nyampe dak ado kopi CNI, pokoknya jangan nyampe deh dek, buat Pak Abu marah, bisa berabe urusannya.
Dan urusan marah-marah ini ternyata menerpa posko kami di minggu pertama, saat Pak Abu melakukan sidak. Apa pasal?

Beberapa hari di posko (lupa tepatnya hari keberapa) kami memutuskan untuk mulai survey ke instasnsi dan beberapa lokasi sesuai dengan saran Bu Lurah tempo hari. Survei hari itu pun dimulai, Alhamdulillah tidak ada banyak kendala, kecuali kendaraan (alhasil kami pun boti, bonceng tiga, untungnya ane diblakang, yang kasian tu uni vika terpaksa di tengah, hehe maaf ya unnni). Ketika hari beranjak siang, tiba-tiba Pak Ketua dikejutkan dengan telpon dari Korwil Bajubang. Isi telpon di siang bolong itu mengabarkan bahwa Pak Abu baru saja tiba di posko mereka dalam keadaan marah-marah karena tidak berhasil menemukan posko kami, tepatnya karena kami tidak memberitahukan dimana letak posko 16. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar