Senin, 01 Desember 2014

Aku Tertipu

04 November, Selasa pagi menjelang siang, pukul 10 kurang beberapa menit lagi. Ya Tuhan, masa aku telat lagi. Setelah hari minggu kemaren juga telat karena ada rapat KMP UNY  (Keluarga Mahasiswa Pascasarjana, bukan Koalisi Merah Putih y) di pasar sunmore (sunday morning di lembah UGM). Ada ya rapat di pasar? :) nah kali ini aku nggak punya alasan logis  yang bisa disampaikan ke mbk Husna guru tahsinku. Aku mengeluarkan sepeda dengan tergesa, semoga masih bisa terkejar deh. Salahku juga yang sarapannya kelamaan, pake acara muter-muter dulu sama nisa, dan akhirnya soto banjar dan nasi kuning jadi pengisi energi kita pagi ini. 
Sambil mengingat-ingat surat yang akan disetor, aku mengayuh sepeda secepat yang kubisa. Klebengan ke pandean biasanya ditempuh 10 menit, semoga kali ini bisa lebih cepat. Tapi, harapanku sungguh meleset. Setelah belokan ke arah deresan  nurul ashri, tiba-tiba dari arah utara  seorang ibu melambaikan tangannya. Aku yang lagi ngebut sontak mengerem mendadak, mungkin mau tanya arah kali, batinku. 
"Ada yang bisa dibantu bu?" Tanyaku, tanpa turun dari sepeda.
"Kalau mau naik bus ke terminal giwangan atau jombor kemana y mbk?" Tanya si ibu dengan campuran bahasa jawa. Nah, benar kan cuma mau tanya arah aja, selesai dijawab aku bisa tancap lagi, rasa-rasanya sudah jam 10 teng ini.
"Oh, ibu jalan aja terus ke selatan, ketemu perempatan FT UNY, belok kiri sampai ketemu jalan gejayan, ambil arah kiri lagi nanti ada halte trans jogja bu" Jelasku cepat, aku sudah siap-siap mau cabut, tapi si ibu memotong lagi.
"Ehm, begini mbk, saya itu mau pulang ke muntilan. Tadi itu naik bus, tapi pas di jalan raya sana mobilnya mogok." Tangannya menunjuk ke arah utara, sambil menghela napas si Ibu melanjutkan penjelasannya.
"Terus ya saya jalan kaki, lha pas dirasa-rasane dompet saya hilang, nggak tahu jatuh dimana"
Ya ampuun, kasihan sekali ni ibu, rasa simpatiku langsung muncul, berarti intinya ibu ini butuh ongkos buat perjalanan pulangnya. Aku membuka dompet sambil berpikir kira-kira  berapa ongkos yang dibutuhkan si ibu. Naik trans jogja sampai terminal 3000, dari terminal ke rumah ibunya mungkin butuh ongkos lagi, dan untuk yang lain-lainnya. Yo weslah, 20.000 sepertinya cukup. 
"Oh, jadi dompetnya ibu hilang y." Aku mengeluarkan lembaran dua puluh ribuan dan menyerahkannya kepada si ibu sambil memperhatikannya dengan seksama lagi. Ibu ini mengenakan celana jeans, blus kotak-kotak dengan potongan rambut pendek. Tangan kirinya menyandang tas dan tangan sebelah kanannya memegang payung. Beberapa hari ini panasnya memang menyengat, termasuk sekarang. matahari sudah bersinar terik sejak pagi tadi. Beruntunglah si ibu membawa payung. Eh, tunggu dulu. Payung. Biasanya aku bawa payung kalau musim hujan, dan kalau mau pergi jauh juga nggak pernah bawa payung. Bukannya tadi ibunya mau pulang kerumah y, si ibunya darimana tadi aku belum nanya. Kalau ibunya dari rumah, masa iya jam 10 sudah mau pulang ke rumah lagi. Tadi bilang rumahnya di muntilan, itu daerah mana y, terus mau ke terminal jombor atau giwangan. Dari tiga tempat itu aku cuma tahu terminal jombor. Ehm, sepertinya ada yang mencurigakan. Tapi uang sudah aku sodorkan.
Si ibu menerima uang dengan sumringah.
"Mbaknya aslinya mana?"
"Jambi bu". Aku sudah malas menjawab ditambah lagi ini pasti sudah jam 10 lewat.
"Maksud saya, kosnya dimana, atau bisa minta nomor hpnya nanti keluarga saya ngubungin mbknya buat ganti uangnya." 
Menarik sekali ini modusnya, coba sekarang aku tanya lagi deh.
"Nggak usah diganti bu, nggak papa, oya itu cukup kan bu?" 
"Habisnya itu 38.000 ribu e  mbk" 
Woow, tambah 2000 lagi jadi dua kali lipat yang aku kasi dong bu.
"Aduh, maaf ibu uang saya adanya segitu". Dalam hati aku meluruskan ucapanku, maksudnya buat ngasi ibu ya bisanya segitu aja. 
"Udah ya bu, saya pergi dulu. Semoga Ibu cepat sampai di rumah."
"Oh ya, matur nuwun nggih mbk"
"Ya bu, sama-sama."
Aku kembali mengayuh sepeda, tapi kali ini dengan perlahan. Percuma, ini sudah jam 10 lewat pake banyak. Setidaknya aku punya alasan yang bisa diceritakan sama mbk husna, walaupun duapuluh ribuku melayang :(

Dan ternyata, dari keterangannya mbk husna, di deresan itu sudah biasa modus yang seperti itu. Mbk husna sendiri pernah  menjadi korbannya. Bahkan hampir kena dua kali, kenapa hampir, karena yang kedua juga bertemu dengan ibu yang sama. Nah, jadi ketahuan deh.  Dan, biasanya yang diincer adalah kita-kita yang jilbaber ini. Jadi, waspadalah, waspadalah.