Minggu, 22 Februari 2015

Perjalanan Menuju Walimahan, Beda Kota Beda Budayanya


Jumat 20 Februari 15 , salah seorang sahabat Kalam (HIMMPAS UNY) sebut saja namanya Mawar, eh memang namanya Mawar Ramadhan ding  :) alhamdulillah telah menemukan lelaki terbaik yang dipilih Allah untuknya. Maka sebentuk undangan pun dikirim untuk para sahabat Kalam. Akhirnya, setelah satu tahun setengah di Jogja bisa juga numpang perbaikan gizi di kondangan. Hehe, :p Bener-bener pikiran anak kos y. Setelah woro-woro di grup, ternyata yang bisa pergi hanya kita berdua saja. Aku dan Resti Yektyastuti yang kebetulan dulunya juga  satu posko kkn sama si mawar. Jadinya , Resti dapat dua undangan sekaligus.
Karena pagi Jumat kita sudah punya agenda di mesjid FIP, kami pun memutuskan untuk berangkat ba'da zuhur, sambil menunggu pinjaman motor. Motornya si Resti lagi dipinjam sama temannya, maka Resti pun meminjam motor pada temannya yang lain. Nah temannya yang lain nggak tahu deh minjam sama siapa. Selesai agenda, ternyata perut kita sama-sama keroncongan. Mau nunggu makan di kondangan nggak tahan sama lambung yang sudah makin menggigit. Akhirnya kami ngacir sebentar ke foodcourt. Makan, minum, ngobrol ngalor ngidul. Obrolannya nggak jauh-jauh dari masa depan. Tesis dan setelah tesis. Tak terasa sudah jam setengah dua lewat. Menurut jadwal yang tertera di undangan, resepsinya mulai dari jam 13:00 s/d 15:00 wib. Jadi kita cuma punya waktu satu jam setengah lagi, dan itu acaranya di Kabupaten Bantul sana, ditambah lagi kami belum bersiap-siap. Kami pun  mempercepat langkah menuju parkiran."Jadi kita ke kos resti dulu atau ke kos kk, terus nanti resti jemput lagi?"
"Kelamaan nggak sih res, ke kos kk aja dulu y, sekalian siap-siap baru ke kos resti." Aku menawarkan solusi. 
"Tapi baju sama jilbab yang mau dipakai belum disetrika sih Res." Sambungku sambil nyengir kuda." 
"Sama, baju sama  jilbab  Resti juga belum disetrika." Resti balas nyengir. Hwaaah, ternyata kita sama aja. Resti segera mengarahkan motor temannya ke klebengan. Masuk kos, nyolokin setrika dan menggosok dengan super cepat. Pas akunya sudah siap, liat ke bawah, eh ada yang kelupaan belum ganti sandal. Masuk kos lagi, membongkar tempat penyimpanan, dan sandal ngumpetnya jauh di dasar. Alhasil Resti lumayan kepanasan di atas motor. Beralih ke kos Resti, masuk kos, nyolokin setrika, dan menggosok dengan super cepat. Tapi, mau secepat apapun kita menit  terus berjalan. Jam menunjukkan pukul dua lewat. Pas, sudah siap. Baru ingat kitanya belum beli kado. Nggak mungkin membawa diri aja kan, dan akhirnya kita  memutuskan untuk ngamplop. Resti yang ngakunya punya stok amplop nyempet-nyempetin ngubekin rak bukunya. 
"Aduh, dimana y tu amplop?"
"Udahlah Res, ntar kita beli di jalan aja." Usulku sambil melihat jam. Sudah hampir jam setengah tiga. Resti tanpa banyak bicara mengiyakan tawaranku. Berbekal peta yang ada di undangan, kami segera tancap gas menuju Bantul. Tidak tanggung-tanggung Resti membawa motor layaknya pembalap.  Beberapa kali aku melirik speedometer MasyaAllah 70 lebih, emang pembalap ni anak. Ini mau pergi walimahan atau balapan y. Sampai-sampai  kita hampir aja nyerempet seorang mbak-mbak  yang bermotor.  "Res, pelan-pelan aja lah." Tanganku udah pegel buat pegangan. 
"Sebentar lagi jam tiga tu  kak." Resti menunjukkan jam di tangannya. 
"Masa iya sih, jam tiga teng, kalau telat nggak ditungguin po?" Aku masih berargumen. Soalnya kan kalau di Jambi sana paling mentoknya sampai jam lima. Resti menjawab argumenku dengan tancap gas. Untungnya rumah mawar gampang ditemukan. Persis jam tiga teng akhirnya  kita sampai juga  di lokasi. Normalnya dari Sleman ke Bantul biasa ditempuh sekitar 45 menit sampai satu jam, dan kita cuma sekitar 30 menit, belum lagi tadi  dipotong waktu buat isi bensin.  Masuk, mengisi buku tamu dan mengeluarkan amplop yang alhamdulillah sempat  kita beli sebelum masuk lorong rumahnya Mawar.
"Salam dulu kita kak." Resti mendekatiku yang sudah bersiap menuju meja prasmanan. Aku sedikit bingung, salaman? "Bukannya makan dulu y?" Resti terlihat ragu, dan akhirnya menuju meja prasmanan. Berhubung tadi sudah makan, kami pun hanya mengambil sup dan sedikit lauk. Kami duduk bersebelahan  dengan teman Resti yang dulunya satu posko juga. Mereka saling bertukar kabar, dan aku sempat dengar Resti bertanya sudah salaman sama pengantinnya atau belum. Dan ternyata sudah. Aku jadi heran, kenapa si Resti dari tadi ngomongin salam. "Biasanya kalau di sini salaman dulu kak, baru makan." Resti menjawab kebingunganku. Oo begitukah? Jika lazimnya di daerah kami  makan dulu baru menyalami sekaligus foto-foto dengan dua mempelai. Tapi disini salam dulu baru makan-makan. Mau yang mana juga oke-oke aja sih ya, cuma takutnya tadi  ada yang mikir, ini mbak-mbak datang-datang langsung maem, laper banget apa ya. Hehe, semoga nggak lah ya. Lagi enak-enaknya makan, Resti sudah ngajakin salam. "Salamanlah lagi kita kak, nampak-nampaknya sudah mau beres-beres." Benar saja, begitu kita turun dari pelaminan, mereka sudah mulai membereskan peralatan makan. Ternyata beneran ontime nih resepsinya, jam tiga lewat 10 menit kami pun segera beranjak pulang. Luar biasa, pegel pinggangku belum juga hilang, eh sudah naik motor lagi. Sekali lagi teruntuk Mawar dan suami  "Barakallahulakuma wabaraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma filkhoir" semoga menjadi keluarga samara dunia akhirat  :) Kadonya nyusul y...