Jumat, 06 Maret 2015

Masih Tentang Nama

Ini masih tentang nama, tapi bukan tentang namaku lagi ya. Ini tentang nama adik kandung perempuanku satu-satunya. Cukup satu aja ya, satu aja sudah buat aku pusing kepala. Sebenarnya, selain namaku yang cantik dan rada unik ini (narsis mode on) nama adikku juga punya cerita yang nggak kalah nyentrik lo. Jadi, dalam keluargaku itu, cuma nama kami berdua yang berbeda dengan nama saudara-saudara yang lain. Cuma nama kami berdua yang paling panjang dan bernuansa kekinian, hehe apa sih. Yang penting itu kan nama harus bermuatan doa' dan bernuansa keislaman. Tapi, ya sudahlah. Nama sudah dicetak diatas akte lahir, data sudah tercatat di catatan sipil. 

Perkenalkan, nama adikku Imelda Dwi Yanti. Mungkin kalian banyak yang mengira kalau adikku itu mesti anak kedua. Sayangnya perkiraan itu salah besar sodara-sodara. Adikku anak kedelapan dari delapan bersaudara. Iya, kita itu the big family loh. Aku sempat menyandang status anak bungsu selama lima tahun setengah. Punya empat kakak dua abang dan satu adik. Enaknya punya kakak sering dibeliin barang, dan sering dikasi barang-barangnya yang kita senangi, biasanya ya dikasi. Jarang sekali nggak dituruti. Naluri kakak ke adik tu begitu ya, aku sama adikku juga gitu. Tas, baju, jilbab, sandal, sepatu. Itu barang yang biasanya jadi sasaran permintaan. Enaknya punya Abang bisa dimintain uang :)

Jadi di rumah itu  sudah ada yang ngerjain bagian masing-masing apalagi urusan dapur. Aku dan adikku paling jarang berada di dapur. Bukannya nggak mau bantuin. Tapi, akunya memang jarang dirumah sejak sekolah dasar. Lanjut aliyah, masuk sekolah yang asrama. Mau makan tinggal bawa rantang dan ngantri deh di dapur umum. Tiga tahun jadi pengonsumsi masakan katering. Kuliah, tinggal sama bibi, sama kakak sepupu. Urusan dapur aku paling jarang ikut campur, bantu-bantunya ya jagain ponakan. Kalau pulang liburan atau lebaran ke rumah, sudah ada kakak yang bantuin, dan biasanya aku dipercayakan untuk urusan menata dan membersihkan rumah. Dan sekarang jadi anak kos, beralih selera menjadi pengonsumsi masakan warung burjo yang ala sunda, masakan padang ala sumatra dan masakan manis yang asli Jawa. Bukannya nggak mau belajar, tapi kalau ada yang cepat siap dan harga bersahabat, mengapa tidak? (alibi) Lagian kasian anak kos kalau jadi kelinci percobaan eksperimenku. Prakteknya, ntar deh nunggu ada yang dengan senang hati bersedia jadi kelinci percobaan, eh.

Akibatnya, aku jadi nggak ahli kalau berurusan dengan masakan dan bumbunya. Kalau masakan standar bisa lah ya, tapi ya nggak dengan kualitas sekaliber yang expert judgment. Makanya, adikku yang lebih manja dariku itu tak masukin Sekolah Tata Boga biar punya keahlian, supaya rajin ke dapur, dan ntar kan aku bisa belajar. Oh ya, enaknya punya adik itu bisa disuruh-suruh, loh. Bahasa halusnya bisa dimintai tolong, dek ambilkan itu, dek belikan ini dong, dek antarin kesana ya. Alhamdulillah ya, punya empat kakak, dua abang dan satu adik.

Nah, kembali ke soal nama si adik. Adikku lahir beberapa bulan setelah keponakan pertamaku lahir. Abang iparku pun berencana untuk membuat kartu keluarga dan akte lahir untuk anaknya ke Kuala Tungkal sana (Provinsi Jambi). Waktu itu kabupaten Tanjab Timur dan Barat masih bersatu dalam wilayah Tanjung Jabung. Pergilah si abang ke sana dengan membawa kartu keluarganya dia dan punya kakakku. Setelah melapor kekantor yang bersangkutan, ternyata kartu keluarga kami yang ada aku dan kakakku juga harus diperbaharui. Karena kakak pertamaku sudah tidak terdaftar lagi di sana, dan ditambah lagi nama adikku juga belum terdata. Celakanya, abang iparku tidak ingat nama lengkapnya adikku waktu itu. Dia cuma tahu panggilanya iyan saja. Jangan bayangkan ada handphone, wa, dan bm ya, apalagi facebook twitter dan sodara sosmed lainnya Telpon umum aja belum masuk. Setelah berpikir sesaat, maka tercetuslah nama Imelda Dwi Yanti untuk adikku. Pikirnya waktu itu, yang penting ada yantinya deh. Masalah Abangku paham kata dwi yang berarti dua dalam bahasa sansekerta, aku kurang tahu pasti. Dan mau tahu siapa nama asli adikku itu? Nama aslinya adalah MARDIYANTI :)

Dulu, kalau ada temannya yang ke rumah terus nanyain "Imelnya ada nggak Buk, Kak?" Kita suka loading dulu, emang ada yang namanya Imel ya di rumah ini. Sama sih kayak nasibku. Panggilan dirumah Santi, pas teman datang ke rumah nanyanya Chandri. Hehe, satu sama ya dek.

Solo 7 Maret 2015  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar